Beberapa Alasan Mengapa Seseorang Menjadi Optimis


Tidsoptimist adalah istilah Swedia yang berarti “optimisme waktu”. Jika Anda sering terlambat bekerja, ceroboh, menyerahkan tugas tepat waktu, dan membuat orang lain menunggu lebih lama dari yang dijanjikan, Anda mungkin orang yang optimis terhadap waktu.

Alasan mengapa seseorang menjadi optimis waktu

Berikut adalah beberapa kemungkinan alasan mengapa seseorang optimis tentang pasang surut.

Tidak dapat menghitung waktu dengan benar

Seorang optimis waktu biasanya selalu terlambat karena dia tidak dapat memprediksi berapa banyak waktu yang dia perlukan untuk melakukan pekerjaannya dengan baik.
Ketidakmampuan ini seringkali membuat Anda menunda-nunda karena merasa masih banyak waktu untuk melakukannya di lain waktu.

Anda mungkin juga berpikir bahwa semua pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat, tetapi pada kenyataannya itu membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan.

Tidak bisa memprioritaskan

Tidsoptimist juga dapat dikaitkan dengan ketidakmampuan untuk memprioritaskan, di mana seseorang menghabiskan banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai dan menunda pekerjaan yang lebih penting. Misalnya, mereka lebih suka menghabiskan waktu di media sosial daripada melakukan pekerjaan mereka.

Sikap ini muncul karena Anda merasa masih punya banyak waktu untuk bekerja, yang membuat Anda rileks dan melakukan hal lain yang bukan prioritas.

Ingin melakukan banyak hal dalam waktu terbatas

Tidsoptimist juga bisa terjadi karena Anda ingin melakukan banyak hal, tanpa mempertimbangkan waktu yang cukup untuk melakukan semuanya. Kondisi ini dapat menyulitkan Anda untuk berusaha memenuhi semua kewajiban yang telah disepakati.
Anda mungkin harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan melakukan banyak hal dalam waktu yang terbatas.

Ujung-ujungnya, sikap ini membuat Anda selalu ketinggalan jadwal, selalu merasa terburu-buru, memberikan pekerjaan yang tidak maksimal, bahkan mungkin mengalami masalah lain yang seharusnya tidak terjadi.

Budaya barang

Ada juga yang berpendapat bahwa tidsopitimist berkaitan dengan kebiasaan tersedak, atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “sistem kecepatan” (SKS), yang erat kaitannya dengan anak sekolah dan pelajar.

Ini adalah kondisi di mana seseorang nengerjakan semua tugas mendekati tenggat waktu dan selesai dalam waktu singkat. Contoh lain adalah mempelajari sesuatu yang baru saat mendekati waktu penutupan.