Satu hal yang harus kita ingat, bahwa kita bukan lah anak kita. Mungkin kita merasa, kita kuat, kita bisa. Kita kuat dalam berbagai tantangan dan rintangan. Kalau ada beberapa masalah, ya kita bisa dengan mudah menyelesaikannya. Atau ada juga yang sebaliknya, beberapa dari kita merasa, dunia begitu buruk, tidak adil. Sangat lah berat hidup di dunia ini. Memiliki trauma yang banyak. Dan tumbuh besar dengan perasaan kesal dan kecewa. Baik kepada diri sendiri atau orang sekitar kita.
Tidak Semua Anak Memiliki Karakter Yang Sama Dengan Orang Tuanya
Dan membuat kita sebagai orang tua kadang menjadi sotoy, menjadi paling memahami anak kita. Sehingga dalam proses tumbuh dewasa anak, orang tua banyak mengambil alih dalam membuat dan mengambil keputusan akan apa yang akan dijalani sang anak. Tanpa menanyakan keinginan mereka, kemauan mereka. Atau tanpa menanyakan persetujuan mereka. Karena kita merasa kita tahu bagaimana hidup, kita tahu anak kita, dan kita akan memberikan yang terbaik pada anak. Dan ini adalah hal yang salah.
Kita harus ingat, apa yang menurut kita baik, bukan berarti itu juga baik kepada anak kita. Begitupun sebaliknya. Mungkin dia memang anak kita, tapi bukan berarti kita memahami benar apa keinginan dia, apa potensi dia, seberapa kekuatan mereka. Bisa jadi mereka lebih kuat dari kita, atau bisa jadi mereka lebih lemah dari kita. Karakter orang tua tidak selamanya diturunkan seutuhnya kepada anak. Sehingga apa yang kita rasa kita mampu, kita bisa, anak kita pun bisa mampu dan kuat menjalani hal yang sama dengan apa yang kita jalani sebelumnya.
Begitupun sebaliknya. Apa yang kita rasa kita tidak suka akan suatu hal. Kita lemah dalam beberapa hal, bukan berarti anak pun lemah akan hal tersebut. Bisa jadi mereka mahir akan hal yang kita tidak bisa. Sehingga kita perlu menanyakan terlebih dahulu pada mereka. Apa mau mereka, apa minat mereka. Atau setidaknya tanyakan persetujuan mereka sebelum orang tua mau mengambil dan membuat keputusan yang dimana nantinya akan dijalani oleh anak sendiri.